MERINGKAS JURNAL
“STRATEGI PENERJEMAHAN BAHASA ARAB YANG BERTERIMA DAN MUDAH DI
PAHAMI”
Dafik Hasan Perdana
IAIN Tulungagung
Dunia penerjemahan merupakan sebuah pintu masuk dunia peradaban
baru. Banyak sejarah membuktikan setelah terjadi penerjemahan secara mayor
muncul zaman keemasan dari bangsa tersebut, seperti zaman keemasan Islam dan
Renaince bangsa Eropa. Indonesia punya peran penting dalam perkembangan Islam.
Bahasa Arab berkembang di Indonesia seiring dangan bekembangnya
agama Islam di bumi Nusantara ini. Dengan masuknya Islam di Indonesia tentu
mempunyai peranan dalam dunia terjemahan bahasa Arab ke bahasa Indonesia maupun
sabaliknya. Banyak kita dapati kata-kata serapan bahasa Indonesia dan yang di
ambil dari bahasa Arab. Dan banyaknya istilah Arab yang di pakai masyarakat di
beberapa lembaga tersebut tentu mereka sudah melalui proses pengalihan atau
transfer bahasa, dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia atau yang biasa disebut
dengan penerjemahan.
Penerjemahan yang menurut J.C.Cattford (1965: 1) adalah “a
process of substituting a textbin one language for a text in another”,
yakni sebuah proses mengganti text pada satu bahasa ke dalam bahasa lain. Cattford
menjelaskan bahwa dalam proses terjemah, jelas di butuhkan ilmu linguistik, atau
sering juga disebut linguistik umum (general linguistik). Dalam pemahaman ilmu
linguistik artinya, kita tidak hanya mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya.
Sehingga dapat mudah di pahami oleh pembaca.
Namun, banyak penerjemahan bahasa Indonesia ke bahasa Arab yang
masih terasa kaku atau asing bagi penutur bahasa asli yaitu masyarakat Arab.
Karena sebenarnya bahasa itu unik, dalam bahasa Arab itu sendiri banyak
perbedaan mendasar jika di bandingkan dengan bahasa Indonesia. Itu terjadi
karena penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia seringkali masih belum
melepas rasa zauq (rasa) bahasa Indonesia itu sendiri.
Maka dari itu penerjemahan
dalam melakukan pemindahan bahasa sumber ke bahasa sasaran, adakalanya
akan menjadi lebih tepat jika mengacu kepada sudut pandang al-mutakallimi
al-asli. Dengan begitu rasa (sense) hasil terjemahanya tidak kaku dan mengalir
juga enak di baca. Berikut hal-hal yang berkontribusi dengan pendekatan makna
berkaitan dengan hal penerjemahan yaitu baik secara formal maupun kontekstual.
Pendekatan tersebut, selain menggunakan teknik strategi penerjemahan yang
tepat, juga bisa dengan cara mengenali kalokasi pada bahasa sumber. Karena,
seorang penerjemah harus faham bahwa identifikasi kalokasi baik dalam
penerjemahan bahasa Indonesia ke bahasa Arab ataupun sebaliknya mampu
menghasilakan karya terjemah yang luwes, dalam artian, bebas dari terjemahan
harfiah dan struktur bahasa yang kaku. Sehingga ketika menerjemahkan bahasa
Arab ke bahasa Indonesia, di harapkan
mampu menciptakan karya terjemah dari bahasa Arab dengan rasa Indonesia ,
dengan tanpa meninggalkan “sense” ke- Indonesiaannya. Sehingga hasil terjemahan
tersebut mudah dipahami bagi pembaca bahasa sasaran.
Kalokasi dianggap sangat penting dalam ranah penerjemahan. Kemampuan
seorang penerjemah dalam mengidentifikasi kalokasi dalam suatu teks perannya
sangat besar dalam proses penerjemahanya.
Sebagai contoh misalnya, untuk menerjemahkan kalimat berikut :
اريد أن أشرب الماء
Maka terjemahan yang tepat dan di terima
dalam bahasa Indonesianya adalah “saya ingin minum air putih”, jadi bukan
sekedar “saya minum air”. Itu karena untuk merujuk kata “air” yang biasa kita
minum, adalah dengan menyandingknya dengan kata “putih”. Seperti memahami
kalimat berikut :
جلس على الكرسي
“ia duduk di atas kursi” maka penerjemahan
tersebut akan memberi padanan yang tidak akan difahami pembaca adalah bahasa
sasaran. Tidak mengherankan jika Newmark (1988: 213) mengidentifikasi kalokasi
merupakan salah satu masalah yang sangat penting dalam proses penerjemahan. Ia
menyatakan bahwa penerjemahan merupakan perjuangan yang tidak henti-hentinya
untuk menemukan kalokasi yang sesuai, merupakan sebuah proses menghubungkan
nomina yang sesuai dengan verba, menghubungkan dengan adjektiva dengan nomina,
adverbia atau kelompok adverbia dengan verba, juga menggunakan konjungtor yang
sesuai (Netwark, 1988:213).
Penerjemahan yang tepat sangat bergantung
pada ideologi yang dianut karena terkait kebudayaan bahasa sumber. Terjemahan
dianggap benar jika mengandung teks bahasa sumber, kesesuaian dengan kaidah,
norma, dan budaya yang berlaku pada bahasa sasaran. Strategi foreignisasi
digunakan dalam proses menerjemahkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, sedangkan
domestik digunakan dalam proses menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa
Arab.
Foreignisasi itu juga adalah penerjemahan
yang betul, berterima dan baik, yaitu
yang sesuai dengan selera dan harapan pembaca dengan menghadirkan budaya bahasa
sumber. Dengan demikian bahasa sumber memberikan manfaat untuk pembaca. (Hoed
2006: 87).
Domestik atau lokalisasi, sebaliknya adalah
strategi penerjemahan yang dilakukan ketika istilah asing dan tidak lazim dari
teks bahasa sumber akan menjadi hambatan atau kesulitan bagi pembaca bahasa
sasaran dalam memahami teks. Berikut pengetahuan mengenai teknik penerjemahan,
dan strategi penerjemahan yang akan berdampak pada kualitas terjemahan
berdasarkan keakuratan pesan (accurary in content), keberterimaan (acceptability),
dan keterbacaan (readability) terjemah. Ketiga kualitas tersebut
memiliki hubungan timbal balik satu sama lain, karena mereka semua itu memegang
peranan penting. Idealnya seorang penerjemah harus bisa mrnghasilkan terjemahan
dengan tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan yang tinggi.
Komentar
Posting Komentar